Desa terdekat dengan puncak gunung ungaran. Siang itu cukup terik di desa ini, samar-samar ketika kaki ku melangkah mendekati desa ini terdengar alunan dangdut campursari. Bisa kutebak, hari ini ada gelaran hajat pernikahan di desa promasan. Sempat aku berpapasan dengan beberapa tamu undangan yang berbaju khas orang kondangan selepas meinggalkan pos pendakian mawar. Sebuah perjalanan kondangan yang penuh dedikasi nampaknya sebab berjalan sebegitu jauhnya. Jika di Jakarta, dedikasi berangkat kondangan dilalui dengan menembuh kemacetan jalanan ibukota.
Aku hanya ingin mandi sore itu. Sore pertama di Ungaran. Udara sore memang sudah sedikit menusuk-nusuk. Tapi, aku ingin mandi. Seperti cerita sebelumnya, ketika itu weekday, ungaran sedang banyak dikunjungi, otomatis antrian menumpuk di kamar mandi.
Pilihan ku adalah mandi di air pancur. Air pancur ini dibangun oleh sebuah bangunan yang terbuka. Lantai yang sudah dikeramik. Setelah memantau dan sempat bertanya, baru kuketahui bahwa khusus lelaki yang boleh mandi disana. aku bertanya kepada seorang anak kecil yang sempat menegurku karena memakai alas kaki ketika masuk ke dalam bagunan ini.
Setelah mandi dialam terbuka, tentu aku mandi dengan pakaian setengah lengkap, cukup menghangatkan badan. Entah, bagaimana penjelasan secara medis bahwa mandi di gunung yang dingin malah bikin badan cukup hangat.
Ada sebuah monumen, berupa candi promasan yang terletak pas disamping bangunan ini. Mungkin dulu memang ada sebuah candi yang bernama promasan di desa ini, entah. Dibalik gunung ini ada sebuah kompleks candi, yang bernama gedong songo. Sebuah lokasi pariwisata yang cukup terkenal di Kota Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar