Tampilkan postingan dengan label Vakansi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Vakansi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Agustus 2015

Konvoi Pantai Sawarna

 Jadi begini...

Saya lebih senang menggunakan istilah konvoi daripada touring. Suka aja.

14 Agustus kemarin saya berkesempatan untuk konvoi menggunakan motor. Satu orang membawa satu motor. Total peserta konvoi 9 orang. Sejatinya sejak masa kuliah, saya adalah boncengers. Saya lebih pede menjadi boncengers dibanding sebagai riders. Beberapa kesempatan konvoi atau perjalanan jauh saya memang "terpaksa" menjadi joki motor, itu untuk keperluan penting saja.

Konvoi 14 Agustus kemarin juga menjadi perjalanan perdana saya sebagai pengendara motor kopling. Saya bawa motor CB150R pabrikan Honda. Seru.

Tepat pukul 20.00 kami berangkat dari Jakarta Timur. Melaju menuju Bogor, kemudian belok kearah Sukabumi di Ciawi. Ciawi sampai Cibadak jalan sangat bagus, relatif bagus. Dominan bagus. Ada jalan jelek sedikit saja diperbaikan jembatan sebelum Lido. Jalan juga tidak terlalu ramai, analisa sotoy saya adalah para pelancong baru berangkat keesokan harinya. Sabtu, 15 Agustus.

Alhamdulillah tidak banyak hambatan, hanya sempat diberhentikan oleh oktum petugas yang meminta retribusi ketika masuk Pelabuhan Ratu.

Kota Pelabuhan Ratu dini hari gersang pom bensin, tidak buka 24 jam. Jangan khawatir banyak pedagang bensin eceran bertebaran. Warung kopi juga masih banyak yang buka di sepanjang perjalanan. Sampai Cisolok jalan masih mulus tapi memasuki kawasan Sawarna jalan jelek berbatu dan menanjak-menurun. Harus hati-hati.

Beruntung kami yang konvoi dari Jakarta berangkat malam dan sudah booking kamar penginapan dahulu, long weekend pelancong yang ke Sawarna bejubel-jubel. Apalagi bagi kami yang mengendarai motor, badan sudah pegel-pegel akan kerepotan jika harus cari-cari penginapan dini hari buta begitu. Walaupun tak perlu risau, Sawarna adalah kota wisata yang masyarakatnya sudah siap. Pukul 3 pagi banyak warga yang standby menawarkan penginapan kok.

Jembatan Gantung, Legon Pari, Karang Taraje, Goa Lalay, Tanjung Layar adalah spot wisata yang wajib di kunjungi selama di Sawarna. 

Makanan di Penginapan uenak tenan! Mungkin karena riang-gembira dan keasikan bersuka-cita membuat perut mudah lapar sehingga makan jadi lahap.

Kami banyak bertemu kawan-kawan lain yang juga konvoi motor, selidik punya selidik jika jalur Jakarta-Serang-Rangkas Bitung-Sawarna jalur jelek. Perjalanan pulang Jakarta kami memilih via Cikidang. Selepas sarapan 16 Agustus. 

Cikidang adalah jalur alternatif Cibadak-Pelabuhan Ratu. Jalan gokil menanjak dan nurun juga belok-belok. Google Maps bilang bahwa jalur Cikidang bisa menghemat 20km. Pengalaman saya, banyak perbaikan jembatan. Sedikit kurang seru, karena moment 17an, banyak warga yang tiba-tiba menghadang tengah jalan kemudian maksa jualan bendera merah-putih.

Ternyata bagi saya yang amatir ini, perjalanan malam mata lebih fokus dan tidak terganggu kosentrasi oleh teriknya matahari. Perjalanan siang kami banyak bertemu dengan titik-titik kemacetan. Ditambah rombongan bus para abdi negara yang memakai jasa Patwal.

Jadi itulah cerita saya.
Terimakasih.












Selasa, 11 Agustus 2015

Ragunan, Kebun Binatang

Kapan terakhir main ke Kebun Binatang Ragunan?
Sudah lama tentunya...

Entah kenapa saya rindu sekali melancong ke Ragunan. Sila tertawakan saya jika kita tuan dan puan bilang saya merindukan monyet-monyet Ragunan. hehe

Ragunan itu semacam teko ajaib, yang mengantarkan saya pada kenangan kenangan masa kecil. Repot bersama keluarga naik angkot ber-5. Berpanas-panas ria menuju Ragunan. Orangtua membawa gembolan besar seperti makan siang, susu untuk adik-adik saya dan perkakas untuk baju salin. Ya, saya tumbuh dan berkembang di pinggir Ibukota. Ragunan adalah spot alami bagi keluarga-keluarga kecil di tempat saya tumbuh.

Datanglah tanpa berkendaraan pribadi. Naik KRL turun di Stasiun Lenteng Agung (LA). Jalan kaki sedikit menuju Pasar Lenteng Agung. Jalanan menuju Pasar Lenteng Agung dari Stasiun LA, agak melereng dan sedikit mendaki, tapi disanalah Angkot M17 ngetem. Memang banyak angkot menuju Ragunan dari Staiun LA, tapi sebagian besar me-rute dengan muter-muter. Angkot M17 tidak, langsung sampai menuju Pintu Timur Ragunan.

Apa saja yang ada di Ragunan? Tentu hewan-hewan yang jika ijinkan saya untuk bercuriga adalah dominan dengan hewan yang sama ketika saya masih di TK dahulu. Harga tiket masuk Rp. 4.500. Jika banyak rejeki, sebaiknya tidak perlu membawa banyak bekal. Banyak pedagang menjaja makanan di Kawasan ini.


 





Sabtu, 25 Oktober 2014

JALAN: Vakansi Ungaran Semarang 2014 (3)

Promasan

Desa terdekat dengan puncak gunung ungaran. Siang itu cukup terik di desa ini, samar-samar ketika kaki ku melangkah mendekati desa ini terdengar alunan dangdut campursari. Bisa kutebak, hari ini ada gelaran hajat pernikahan di desa promasan. Sempat aku berpapasan dengan beberapa tamu undangan yang berbaju khas orang kondangan selepas meinggalkan pos pendakian mawar. Sebuah perjalanan kondangan yang penuh dedikasi nampaknya sebab berjalan sebegitu jauhnya. Jika di Jakarta, dedikasi berangkat kondangan dilalui dengan menembuh kemacetan jalanan ibukota.

Aku hanya ingin mandi sore itu. Sore pertama di Ungaran. Udara sore memang sudah sedikit menusuk-nusuk. Tapi, aku ingin mandi. Seperti cerita sebelumnya, ketika itu weekday, ungaran sedang banyak dikunjungi, otomatis antrian menumpuk di kamar mandi.

Pilihan ku adalah mandi di air pancur. Air pancur ini dibangun oleh sebuah bangunan yang terbuka. Lantai yang sudah dikeramik. Setelah memantau dan sempat bertanya, baru kuketahui bahwa khusus lelaki yang boleh mandi disana. aku bertanya kepada seorang anak kecil yang sempat menegurku karena memakai alas kaki ketika masuk ke dalam bagunan ini.

Setelah mandi dialam terbuka, tentu aku mandi dengan pakaian setengah lengkap, cukup menghangatkan badan. Entah, bagaimana penjelasan secara medis bahwa mandi di gunung yang dingin malah bikin badan cukup hangat.

Ada sebuah monumen, berupa candi promasan yang terletak pas disamping bangunan ini. Mungkin dulu memang ada sebuah candi yang bernama promasan di desa ini, entah. Dibalik gunung ini ada sebuah kompleks candi, yang bernama gedong songo. Sebuah lokasi pariwisata yang cukup terkenal di Kota Semarang.
  

Kamis, 23 Oktober 2014

JALAN: Vakansi Ungaran Semarang 2014 (2)

  Pos Pendakian Mawar


Terakhir ke Ungaran tahun 2010. Banyak yang berubah selama 5 tahun belakangan ini. Ungaran bertambah bangunan, bertambah punglinya juga untuk sampai ke pos pendakian mawar ini. Banyak warung berjulanan yang dibangun oleh bilik-bilik bambu. Membeli es teh adalah hal yang tak mungkin jika sampai pos pendakian ini. Ungaran bertambah panas memang.

Jalur pendakian tidak banyak berubah kecuali sangat banyak pendaki yang aku temui. Pendaki yang aku temui ada yang berjalan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Sesekali aku harus jalan mengular sebab banyaknya peserta pendakian hari itu. Aku lupa menceritakan jika saat itu weekend.

Menikmati perjalanan dengan melihat pohon hijau dan beberapa burung yang sesekali melintas diatas kepala. Tujuan berikutnya adalah desa promasan. Sebuah desa yang terletak di perkebunan teh.

Setengah perjalananku menuju desa promasan ditemani alunan musik. Seorang kawan menyalakan aplikasi musik dari hape-nya. Teknologi memudahkan kita meramaikan suasana yang seharusnya tenang.


Rabu, 22 Oktober 2014

JALAN: Vakansi Ungaran Semarang 2014 (1)

KERETA KELAS EKONOMI

DILAN ~ PIDI BAIQ
Salah satu moda transportasi dari Ibukota Indonesia menuju Semarang dengan naik kerata api. Kesempatan ini saya menumpang KA Brantas. Kereta kelas ekonomi ini sudah sangat manusiawi dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Fasilitas AC, tempat duduk sesuai tiket dan tidak ada pedagang yang masuk kedalam peron apalagi gerbong kereta adalah hal yang tidak mungkin dijumpai 10 tahun lalu.

Rel kereta yang sudah ganda, double track, menghemat perjalanan Jakarta-Semarang menjadi "hanya" 6 jam saja menggunakan kereta kelas ekonomi. KA Brantas berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 16.00 dan tiba di Stasiun Poncol Semarang Pukul 22.20.

10 tahun yang lalu sangat tidak dimungkinkan aku membaca buku didalam kereta kelas ekonomi, jika perjalanan dari rumah untuk ke Semarang atau sebaliknya. Ketika itu gerbong penuh dengan manusia, apalagi jika aku  pulang pada weekend dan musim libur kuliah. Penuh sesak, penuh peluh dan sangat tidak manusiawi. Namun, kemarin berbeda aku dapat membaca buku yang segaja kubeli untuk vakansi kali ini.

Aku tidak bisa tidur dan buku pidi baiq menemani malam itu, entah energi apa yang membuat aku kuat membaca hingga aku sadar bahwa buku hampir tuntas kubaca ketika pukul 21.30. Antara penasaran untuk melanjutkan dan rasa sayang untuk me-sisa-kan bab terakhir untuk perjalanan pulang dari Semarang. Tentunya aku tuntaskan malam itu juga membaca "Dilan".

Sebelum menuju ungaran aku istirahat dan menumpang bermalam di kosan kawan di daerah banyumanik. Melanjutkan vakansi ungaran besok paginya.