Tampilkan postingan dengan label Piknik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Piknik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Agustus 2015

Ragunan, Kebun Binatang

Kapan terakhir main ke Kebun Binatang Ragunan?
Sudah lama tentunya...

Entah kenapa saya rindu sekali melancong ke Ragunan. Sila tertawakan saya jika kita tuan dan puan bilang saya merindukan monyet-monyet Ragunan. hehe

Ragunan itu semacam teko ajaib, yang mengantarkan saya pada kenangan kenangan masa kecil. Repot bersama keluarga naik angkot ber-5. Berpanas-panas ria menuju Ragunan. Orangtua membawa gembolan besar seperti makan siang, susu untuk adik-adik saya dan perkakas untuk baju salin. Ya, saya tumbuh dan berkembang di pinggir Ibukota. Ragunan adalah spot alami bagi keluarga-keluarga kecil di tempat saya tumbuh.

Datanglah tanpa berkendaraan pribadi. Naik KRL turun di Stasiun Lenteng Agung (LA). Jalan kaki sedikit menuju Pasar Lenteng Agung. Jalanan menuju Pasar Lenteng Agung dari Stasiun LA, agak melereng dan sedikit mendaki, tapi disanalah Angkot M17 ngetem. Memang banyak angkot menuju Ragunan dari Staiun LA, tapi sebagian besar me-rute dengan muter-muter. Angkot M17 tidak, langsung sampai menuju Pintu Timur Ragunan.

Apa saja yang ada di Ragunan? Tentu hewan-hewan yang jika ijinkan saya untuk bercuriga adalah dominan dengan hewan yang sama ketika saya masih di TK dahulu. Harga tiket masuk Rp. 4.500. Jika banyak rejeki, sebaiknya tidak perlu membawa banyak bekal. Banyak pedagang menjaja makanan di Kawasan ini.


 





Jumat, 28 Maret 2014

Aksi Teatrikal "Cadas Pangeran"

Ada yang menarik dari Festival Prabu Geusan Ulun Sumedang, sebuah aksi teatrikal "Cadas Pangeran" dari anak-anak SMA Negeri Situraja.

Para anak SMA ini dengan muka coreng moreng dan bermuka sedih berjalan beriringan lengkap dengan kostum yang mengambarkan masa penjajahan.

Para pelajar cowok sambil berguling-guling di jalanan yang panas pada siang itu, sepertinya sedang menceritakan penderitaan rakyat Sumedang ketika dipaksa memahat batu "cadas" (keras) dalam proyek Daendels bikin Jalan Raya Pos. Saya kebetulan bisa identifikasi pemeran Daendels dalam aksi teater ini namun tidak menemukan Sang Pangeran Kornels Bupati Sumedang saat itu.

Festival Prabu Geusan Ulun di Sumedang

Bermodalkan sepeda motor (pinjam... hehehe) saya melaju menuju Sumedang dari kosan di Jatinangor. Sekedar ingin tahu seperti apa kota Sumedang itu. Sebelum masuk bedug Dzuhur saya sudah masuk kota ini yang ternyata sedang ada perayaan Festival Prabu Geusan Ulun. Pusat kota ditutup dan menyebabkan beberapa jalan macet karena Sumedang adalah jalur utama Bandung - Pantura. Motor saya harus beberapa berhenti karena dipersimpangan jalan mengantri truk besar dan bus antar provinsi.

Minggu, 23 Maret 2014

Ke Museum Geologi Bandung Yuk!

 Tidak sulit menemukan Museum Geologi Bandung. Gedung ini letaknya tidak terlalu jauh dengan Gedung Sate, ikon Kota Bandung. Bangunan berada di Jalan Diponegoro No. 57 ini adalah gedung peninggalan belanda yang berdiri sejak16 Mei 1928. Sejak awal bangunan ini memang sudah diperuntukan sebagai Laboratorium Geologi pada zaman kolonial yang memang ketika itu sedang mengeliat peneyelidikan geologi di Nusantara.

Bangunan dengan dua lantai ini memiliki banyak koleksi geologi baik dari dunia maupun yang ditemukan di Indonesia. Sebelum masuk kedalam Museum Geologi penunjung diharuskan membeli tiket. Harga Tiket Umum Rp. 3.000 sedangkan untuk Pelajar/Mahasiswa Rp. 2.000. Tiap pembelian mendapatkan bukti tiket yang lumayan dikoleksi sebagai kenang-kenangan.

FOTO : STUDY TOUR MUSEUM GEOLOGI

Berkesempatan ke Museum Geologi Bandung saya menemukan banyak sekali murid sekolah sedang study tour. Berikut dokumentasi bocah-bocah sekolah sedang menikmati Museum Geologi Bandung. Saya foto mengunakan kamera henpon, selamat menikmati.

Salam.


Minggu, 09 Maret 2014

Krakatau (2) : Menuju Gunung Krakatau


Belum genap tugas Sang Rembulan bertugas, hampir melewati sepertiga malam, saya dan rombongan sudah harus terjaga dan segera menuju dermaga. Berangkat menuju Gunung Krakatau dari Pulau Sebesi harus sepagi mungkin. Ada banyak suguhan alam yang ditawarkan. Tentunya saya tidak ingin melewatkan Sang Surya yang terbangun dan menyinari Semburat Jingga Pagi diatas badan Krakatau.

Nampaknya mesin kapal kami sudah lama panas. Saya hanya bisa melihat lampu kapal dan sedikit jalan dermaga. Dunia masih lelap dan kelam saat itu. Hanya sedikit sinar dari langit. Kemanakah bintang dan cahaya rembulan bermain malam itu? Semoga Nona Mendung tidak datang pagi ini. Doa saya dalam kantuk.

Nelayan Kita


Kapal nelayan yang saya temukan di perairan Lampung Selatan. Keberadaan mereka memberikan bukti bahwa nenek moyang kita pelaut.

Jumat, 07 Maret 2014

Krakatau (1) : Menuju Pulau Sebesi

Dimana Indonesia? Bukan di Bali.
Semoga Dunia tidak melupakan sejarahnya.

Adalah sebuah sejarah ketika teknologi informasi sedang berkembang dengan ditemukannya telegraf bawah laut di planet Bumi ini dan Gunung Krakatau meletus dengan dasyatnya. Sebuah letusan yang menyebabkan perubahan iklim dunia berubah secara drastis selama dua setengah hari akibat abu vulkanik Gunung Krakatau yang menutupi atsmosfer planet ini.

Dengan ditemukannya telegraf bawah laut, dasyatnya letusan krakatau tercatat oleh sejarah manusia pada saat itu. Indonesia menjadi fokus lampu sorot Dunia pada tahun 1883. Sebuah letusan yang 30.000 kali lebih dasyat dari ledakan bom atom di Jepang diakhir Perang Dunia II.

Tahun 2012 saya mendapatkan kesempatan untuk mengenal atau sekedar melihat dan merasakan sisa dari Gunung Krakatau yang tersohor itu. Terletak di tengah Selat Sunda, antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Saya berangkat bertiga dengan adik-adik saya melalui Lampung.

Liat Setan? Awas setan



Menjelang sore, kapal yang saya tumpangi merapat di sebuah pulau yang berada ditengah Selat Sunda. Pulau Sebesi, pulau berpenduduk paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau. Saya menangkap momen beberapa penduduk lokal dibalik sebuah bangku kayu sedang memperhatikan wisatawan yang baru saja tiba. Bangku itu terlihat "setan" yang ditulis menggunakan cat. Sebenarnya tulisan lengkapnya "Awas Setan".

Senin, 17 Februari 2014

Ayoo..!! Ayoo... Santaii duluu...


"Ayooo.... Ayooo...."

Hanya dua kata namun cukup memberikan energi positif buat saya, menjadi semangat untuk tetap sadar dan mengayuh sepeda. Weekend ini saya mengayuh sepeda menanjaki sebagian daerah Puncak, Cisarua. Saya baru awal tahun ini "main" sepeda. Terpapar pengaruh adik saya yang kuliah di Jatinangor untuk mengisi waktu minggu pagi kami.

Lanjut cerita "Ayooo.. Ayooo..." tadi.
Saya beruntung diajak kawan kampus untuk ikut kegitan MTB dari kantornya. Persiapan saya untuk MTB ini adalah lari sore 5K dua hari sebelumnya. Berkumpul di Masjid pertigaan Gadog untuk gowes dengan tujuan Curug Panjang. Bersama 21 gowesers lainnya mulai memacu napas tanjakan puncak.

Rabu, 22 Januari 2014

Ke Semarang

Begini ceritanya...

Saya pergi menuju Semarang dari Jatinangor, Sumedang. Pilihan moda yang menurut saya mudah adalah Bus karena saya pergi tanpa persiapan --walau bukan berati tanpa niat hehe..

Ada banyak agen bus yang mudah ditemui di pertigaan cileunyi. Pengalaman saya, selama perjalanan Jatinangor-Semarang Bus tidak "angkut" penumpang berdiri. Nyaman. Saya berangkat malam dan sampai Semarang ketika matahari sudah muncul di atas cakrawala. Hujan di bulan Januari sudah biasa dan kebetulan sehingga saya bisa turun Bus di Pintu Tol Tembalang-Undip.

Berjalan menuju Jalan Ngesrep kemudian tujuan saya adalah mengisi perut yang lapar karena perjalanan dan ditambah oleh dinginnya Tembalang oleh hujan di pagi hari. Pilihan saya adalah Kedai Bubur Ayam Pak Brewok yang memang sudah terkenal enak sejak jaman kuliah dulu. Kebetulan Lokasinya tidak jauh dari saya turun Bus.

Senin, 20 Januari 2014

Lobang Tambang Mbah Soero

Jadi Begini... 
Keliling-keliling silaturahmi-tak-terlihat di beberapa blog sungguh menarik. Membaca beberapa catatan perjalanan mereka seperti menghisap saya masuk kedalam ceritanya. Aih.. Keren! Karena itu saya mencoba menulis di blog ini. Hanya saja sampai saat ini menulis saya masih belum percaya diri FULL. Indikatornya: saya malas baca-baca lagi tulisan-tulisan saya.. haha (kebayang orang lain yang baca tulisan saya).

Saya menulis karena pengen aja. Share dan sebenernya berlatih agar saya gak kagok menulis thesis kelak :)


Baiklah.

Ceritanya saya pernah mengunjungi Museum Lobang Tambang Mbah Soero.
Lobang Tambang Mbah Soero merupakan sebuah lorong bawah tanah yang berada tepat di bawah perkampungan penduduk. Lobang Tambang Mbah Soero memiliki lorong-lorong yang panjang diawali dari Kelurahan Tanah Lapang hingga ke kantor DPRD. Artinya, lorong Lubang Tambang Mbah Soero ini mencapai 1,5 km dengan kemiringan hampir 20 derajat. 

Penambangan batu bara di Lobang Mbah Soero ini merupakan titik awal penambangan terbuka di Kota Sawahlunto. Pembukaaan Lobang Mbah Soero dilakukan sejak tahun 1891 sedangkan proses pembangunannya dilakukan pada tahun 1898.

Kamis, 05 Desember 2013

Lebaran Kemana lagi? Pantai Muntun dan Pulau Tangkil

Di Pasar Panjang, Lampung, saya menikmati sarapan Bubur Ayam. Lumayan enak, walaupun saya masih belum terbiasa makan bubur disajikan dengan kuah kari.

Jam menunjukan pukul enam pagi. Udara Lampung Selatan enak sekali, pemandangan berbeda dengan suasana Jakarta sudah barang tentu...

Kemana selanjutnya? Kami sekeluarga benar-benar hanya bergantung dengan hape pintar milik adik saya. Bertanya pada mbah google dan mendapat jawaban: Pegilah wahai kelian ke Pantai Mutun dan Pulau Tangkil!

Yap.. satu masalah terselesaikan, kami percaya saja pada jawaban google. Akhirnya kami tak perlu mati gayak di Lampung!

Tidak terlalu jauh menuju Pulau Mutun dari tempat kami sarapan. Kurang lebih satu jam saja dari tempat kami sarapan di Pasar Panjang. Tentu berbekal dengan GPS Portable di mobil kami dan ditandem dengan Google Maps dari hape pintar adik.

Pantai Mutun dan Pulau Tangkil

Hamparan pasir putih dengan birunya laut yang dinikmati. Bale-bale bambu banyak terdapat di pantai ini sehingga tidak perlu khawatir jika ingin istirahat sejenak setelah bermain di laut. Beberapa keluarga membawa tikar atau juga bisa menyewa tikar. Berasa Piknik yak kalo bawa-bawa tikar.

Ingin menuju Tangkil Resort dari panti mutun, silakan menyebrang menggunakan jasa "ojek" --sebuah perahu nelayan yang disewakan. Harga jasa penyebrangan satu orang 5.000 Rupiah Pulang-Pergi.

Jika sudah puas bermain di Tangkil Resort tinggal hubungin kang ojek yang sebelumnya mengantar ke Pulau Tangkil maka segera perahu menjemput kita kembali. Jangan lupa, minta no hape kang ojek-nya. Tidak ada perbedaan harga klo kita mau lebih lama bermain di Tangkil Resort. Saran aja, datang bada shubuh ke Pantai Mutun. Nikmati sunrise dengan tenang karena belum banyak pengunjung. Jam 8 pagi pergilah menyebrang ke Pulau Tangkil, maka sebelum panas terik siang bolong sudah kelar hajat piknik di Pulau Tangkil.

Sangat beragam wahana yang di tawarkan. mulai dari banana boat, kayaking, snorkling dkk. semua tersedia. satu hal yang bikin asyik berwisata disini: SEMUA PAKE TIKET. Tiketnya pun jelas, bukan sekedar asal potokopi aja. ada nomor tiketnya. sewa bale-bale ada tiketnya.. dan, penjaga pantai akan rutin, nanyain tiket ke pengunjung dengan sopan. asik deh.. Semoga terus terkelola baik seperti ini.

Buat yang mau coba keliling Pulau juga bisa, ada sedikit "hutan" buat blasak-blusukan. Di sisi pulau yang hening tanpa wahana permainan akan bisa di temui para pemancing.

Foto-Foto



Rabu, 04 Desember 2013

Lebaran Kemana Lagi? Lampung Selatan

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika kegiatan berlebaran, keluarga kami selalu padat di Jakarta atau kami pulang kampung ke Sumatera, tahun ini kami lebaran hanya ke beberapa keluarga inti saja. Tidak juga pulang kampung ke sumatera.

kemudian...

Kejadiannya ketika Lebaran Idul Fitri hari ke-3. Nampaknya Ayah sudah bosan begitupun kami, anak-anak beliau, rindu suasana mudik. Mengendarai mobil bersama keluarga, melihat pemandangan sumatera dengan topografinya yang tidak datar. 

Jika beruntung, di dalam perjalanan mudik kami ke sumatera, setelah shubuh kami melihat kawanan monyet tiba-tiba menyebrang jalan, atau menyaksikan beberapa keluarga babi hutan yang bergerombolan. Jika beruntung, melihat Harimau menyebrang jalan. Pastinya kami rindu naik kapal fery menyebrang Selat Sunda. 

Seperti penjelasan diawal, tahun ini kami tidak mudik.

Kemana lagi nih? ~ kira-kira begitu pertanyaan kami kepada kami sendiri.

Ke Lampung? Nyebrang aja sampai Lampung. Trus Balik lagi. Gimana? ~ada yang nyeletuk.

Hm.. masih H+3. Belum arus balik. Merak pasti sepi, begitu juga Bakauheni. dari pada ke Anyer, Pasti macet! ~kurang lebih alasannya seperti ini.

Malam minggu, 10 Agustus 2013, kamipun meluncur menuju Merak.

Foto-Foto

Senin, 18 November 2013

KAPAN TERAKHIR KE MUSEUM

akhirnya bisa kembali masuk ke museum. setelah entah berapa tahun saya tidak masuk ke museum.

tidak terlalu mahal masuk Museum Geologi yang berada di Bandung. Berbekal Kartu Mahasiswa saya hanya membayar tiket masuk Rp. 2000. Berapa tiket Umum? Hanya beda seceng lebih mahal dengan harga pelajar.

ketika saya masuk ke kedalam museum ini sangat banyak anak-anak usia Sekolah Dasar datang bergerombol. Seprtinya mereka dari sekolah atau domisili yang sama. seruu...!! 

memang museum biasanya sepi, terkadang begitu-begitu aja. tapi saya menikmatinya. melihat dan mencoba membayangkan apa yang ditampilkan oleh museum sebuah piknik imajinasi tersendiri bagi saya.

melihat replika fosil T-Rex dan membayangkan jika mereka hidup di masa ketika saya hidup saat ini. atau mebayangkan Teori Revolusi Darwin. 

harapan saya bisa kembali jalan-jalan ke museum. aamiin.




Minggu, 28 Juli 2013

Dari Semarang Menuju Rock N Roll

SI AMRONK
Begini Ceritanya.

Kami adalah mahasiswa di Kota Semarang. Saya punya motor namun tidak punya kerabat di Jawa dan kawan punya kerabat di Dieng tetapi tidak ada motor. Klop! Kami bersimbiosis mutualisme dalam membakar jenuh.

Karena kawan itu memberikan pengalaman yang seru, maka saya buka identitasnya. Sebut saja Amronk, mahaiswa asal Tanggerang. bagi saya amronk adalah pengendara motor yang sangat mengerti saya sebagai seorang boncengers! 

Selama perjalanan Rock N Roll kami mengendarai Supra X 110 CC, ketika itu moda transport yang sangat bersahabat. masih kuat di pacu kecepatannya dan tidak boros minum premium. Cocok bagi kami yang masih mahasiswa. Berangkat dengan tujuan pertama rumah Kakek dan Nenek Amronk di Wonosobo. Perut kosong selama perjalanan segera terisi oleh makanan khas rumah Kakek dan Nenek Amronk.

Esok hari setelah kami sampai rumah Kakek dan Nenek Amronk segera meluncur ke Banjar Negara untuk melihat Waduk Mrican dan bersilaturahim ke sanak-saudara Amronk yang lain.Seharian kami bersilaturahim dam menikmati waduk yang punya nama lain Bendungan Panglima Besar Soedirman.

Kemudian kami Rock N Roll ke Dieng. Mengasah kemampuan motor dengan medan tanjakan. Menikmati kehidupan masyarakat Dieng. Sembari melupakan sejenak urusan kampus.

Ketika itu Tahun 2009, sedang tenar tentang berita Syeik Puji.

Foto-foto

Senin, 04 Maret 2013

SAM POO KONG

Sebagai Mahasiswa Rantau, Piknik adalah mutlak. Maka saya perkenalkan: Sam Poo Kong! adalah Kuil Tionghoa di Semarang. Sejati memang tempat peribadatan, namun dibuka untuk umum. Terletak di daerah Simongan, Semarang.

Bagi mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Sam Poo Kong kadang digunakan lokasi refreshing sejenak. Kawasan Kuil Sam Poo Kong yang didominasi warna cerah cukup membuat kami berharap menjadi juga tercerahkan. Berikut kisah saya dalam bentuk visual. Sebagian besar foto saya yang jepret, jika itu gambar saya difoto maka kawan saya yang potret. Sebut saja kawan itu bernama Jay.

Kejadian ini pada tahun 2009, ketika kami sedang berkawan Tugas Akhir.

Foto-foto

Jumat, 07 Desember 2012

Selamat Malam Vietnam

Jadi begini...

Tetang cerita di tahun 2011.

Hujan turun menyambut kami di bandara Bandara Internasional Tan Son Nhat Vietnam. Tidak ada perbedaan waktu dengan Jakarta. Bagian imigrasi malam itu buka loket sampai 20-an dan malam itu ruangan dipenuhi oleh sebagian besar turis dari Indonesia.

Menukarkan kurs dollar ke VND di bandara dan memesan taxi untuk menuju downtown, Ben Than Market di distrik 1 adalah hal pertama yang kami lakukan. Cukup 20 menit perjalanan dari Bandara menuju Ben Than Market. Taksi berhenti tepat dibelakangnya, kami lalu berjalan menyusuri jalan. Mencari penginapan. Tidak sulit mencari penginapan disini dan banyak pilihan penginapan murah.

Setelah mendapatkan hotel, kami mencari makan malam. Waktu menunjukan pukul 9 malam, perut  sudah terkoyak lapar dan menangih untuk diberi asupan energi kembali. Menurut pengelola hotel kami, jarak 2 blok ada rumah makan Malaysia menjajakan makanan halal. Sebelum kaki kami meninggalkan hotel, diperingatkan untuk berhati-hati karena banyak pencopet/penjambret berkeliaran disini

Ben Than Market ramai malam itu dengan turis yang berseliweran. Mengingatkan saya pada suasana malam minggu di simpang lima, Semarang. Kota dimana saya kuliah dan trip ke Vietnam kali ini bersama kawan-kawan kampus. Lengkap sudah, kami sekalian reuni.

Pedang kaki lima menjajakan dangannya. Baju, kaos, makanan dan sampai celana dalam. Pemandangan malam itu berpadu dengan bau jalanan setelah hujan, sebuah suasana yang membahagiakan apalagi ini adalah trip mancanegara kami yang perdana.

NV. HALAL, itulah restoran yang akan kami tuju. Sebuah Rumah Makan khas Malaysia. Beruntung  kami adalah pengunjung terakhir sebelum mereka tutup kedai. Harga yang ditawarkan tidak jauh dengan harga di Indonesia. Cukup lah untuk kantong kami. Ada nasi goreng, mie goreng dan sayur-sayuran.

Kami berencana untuk menikmati malam kota Ho Chi Minh sebab ini malam pertama kami disini. 

Takjub dengan pengalaman pertama di negeri orang, tak akan kami lepas begitu saja kebahagian ini. Kami mendokumentasikan pengalaman ini dengan berfoto-foto centil disetiap sudut kota. Kebahagian itu membuat kami lupa diri hingga kami sadar: Penjambret menarik kamera di tangan kami menggunakan motor. 

Kami bengong sejenak!
Anjir lah.. ini malam pertama dan sudah dijambret? Di Kampung orang?

*hening*

Lalu salah satu dari kami berteriak. Kemudian kami berteriak memaki dan berharap akan banyak orang yang mengejar itu maling. Tapi Vietnam malam itu sibuk dengan urusannya masing-masing. Kami mengejarnya, berusaha mengejar penjambret dengan motor itu tapi tenaga motor maling itu sepertinya sudah paham kalo harus memacu dapur mesin dengan ganas agar tidak tertangkap.
Vietnam masih kalem. Bahkan langit tetap teduh sehabis hujan. Tidak ada tanda-tanda langit gusar dan mengalirkan halilintarnya ke penjambet tersebut. Atau angin puyuh yang menghadang tetap di depan motor penjambret itu. Vietnam tenang malam itu.

Kami marah dan kecewa. Tapi apa daya, tiap musibah tak kenal waktu dan dimensi. Kami kurang hati-hati.

Selamat malam Vietnam.

Kamis, 12 April 2012

SAWAH LUNTO

dampak dari sebuah Revolusi Industri, ketika tambang batubara ditemukan di sebuah lembah Sawah Lunto, adalah sebuah budaya Kereta Api yang menjadi bagian dari sejarah kota ini.

STASIUN SAWAH LUNTO