Tampilkan postingan dengan label Lampung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lampung. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Maret 2014

Krakatau (1) : Menuju Pulau Sebesi

Dimana Indonesia? Bukan di Bali.
Semoga Dunia tidak melupakan sejarahnya.

Adalah sebuah sejarah ketika teknologi informasi sedang berkembang dengan ditemukannya telegraf bawah laut di planet Bumi ini dan Gunung Krakatau meletus dengan dasyatnya. Sebuah letusan yang menyebabkan perubahan iklim dunia berubah secara drastis selama dua setengah hari akibat abu vulkanik Gunung Krakatau yang menutupi atsmosfer planet ini.

Dengan ditemukannya telegraf bawah laut, dasyatnya letusan krakatau tercatat oleh sejarah manusia pada saat itu. Indonesia menjadi fokus lampu sorot Dunia pada tahun 1883. Sebuah letusan yang 30.000 kali lebih dasyat dari ledakan bom atom di Jepang diakhir Perang Dunia II.

Tahun 2012 saya mendapatkan kesempatan untuk mengenal atau sekedar melihat dan merasakan sisa dari Gunung Krakatau yang tersohor itu. Terletak di tengah Selat Sunda, antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Saya berangkat bertiga dengan adik-adik saya melalui Lampung.

Kamis, 05 Desember 2013

Lebaran Kemana lagi? Pantai Muntun dan Pulau Tangkil

Di Pasar Panjang, Lampung, saya menikmati sarapan Bubur Ayam. Lumayan enak, walaupun saya masih belum terbiasa makan bubur disajikan dengan kuah kari.

Jam menunjukan pukul enam pagi. Udara Lampung Selatan enak sekali, pemandangan berbeda dengan suasana Jakarta sudah barang tentu...

Kemana selanjutnya? Kami sekeluarga benar-benar hanya bergantung dengan hape pintar milik adik saya. Bertanya pada mbah google dan mendapat jawaban: Pegilah wahai kelian ke Pantai Mutun dan Pulau Tangkil!

Yap.. satu masalah terselesaikan, kami percaya saja pada jawaban google. Akhirnya kami tak perlu mati gayak di Lampung!

Tidak terlalu jauh menuju Pulau Mutun dari tempat kami sarapan. Kurang lebih satu jam saja dari tempat kami sarapan di Pasar Panjang. Tentu berbekal dengan GPS Portable di mobil kami dan ditandem dengan Google Maps dari hape pintar adik.

Pantai Mutun dan Pulau Tangkil

Hamparan pasir putih dengan birunya laut yang dinikmati. Bale-bale bambu banyak terdapat di pantai ini sehingga tidak perlu khawatir jika ingin istirahat sejenak setelah bermain di laut. Beberapa keluarga membawa tikar atau juga bisa menyewa tikar. Berasa Piknik yak kalo bawa-bawa tikar.

Ingin menuju Tangkil Resort dari panti mutun, silakan menyebrang menggunakan jasa "ojek" --sebuah perahu nelayan yang disewakan. Harga jasa penyebrangan satu orang 5.000 Rupiah Pulang-Pergi.

Jika sudah puas bermain di Tangkil Resort tinggal hubungin kang ojek yang sebelumnya mengantar ke Pulau Tangkil maka segera perahu menjemput kita kembali. Jangan lupa, minta no hape kang ojek-nya. Tidak ada perbedaan harga klo kita mau lebih lama bermain di Tangkil Resort. Saran aja, datang bada shubuh ke Pantai Mutun. Nikmati sunrise dengan tenang karena belum banyak pengunjung. Jam 8 pagi pergilah menyebrang ke Pulau Tangkil, maka sebelum panas terik siang bolong sudah kelar hajat piknik di Pulau Tangkil.

Sangat beragam wahana yang di tawarkan. mulai dari banana boat, kayaking, snorkling dkk. semua tersedia. satu hal yang bikin asyik berwisata disini: SEMUA PAKE TIKET. Tiketnya pun jelas, bukan sekedar asal potokopi aja. ada nomor tiketnya. sewa bale-bale ada tiketnya.. dan, penjaga pantai akan rutin, nanyain tiket ke pengunjung dengan sopan. asik deh.. Semoga terus terkelola baik seperti ini.

Buat yang mau coba keliling Pulau juga bisa, ada sedikit "hutan" buat blasak-blusukan. Di sisi pulau yang hening tanpa wahana permainan akan bisa di temui para pemancing.

Foto-Foto



Rabu, 04 Desember 2013

Lebaran Kemana Lagi? Lampung Selatan

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika kegiatan berlebaran, keluarga kami selalu padat di Jakarta atau kami pulang kampung ke Sumatera, tahun ini kami lebaran hanya ke beberapa keluarga inti saja. Tidak juga pulang kampung ke sumatera.

kemudian...

Kejadiannya ketika Lebaran Idul Fitri hari ke-3. Nampaknya Ayah sudah bosan begitupun kami, anak-anak beliau, rindu suasana mudik. Mengendarai mobil bersama keluarga, melihat pemandangan sumatera dengan topografinya yang tidak datar. 

Jika beruntung, di dalam perjalanan mudik kami ke sumatera, setelah shubuh kami melihat kawanan monyet tiba-tiba menyebrang jalan, atau menyaksikan beberapa keluarga babi hutan yang bergerombolan. Jika beruntung, melihat Harimau menyebrang jalan. Pastinya kami rindu naik kapal fery menyebrang Selat Sunda. 

Seperti penjelasan diawal, tahun ini kami tidak mudik.

Kemana lagi nih? ~ kira-kira begitu pertanyaan kami kepada kami sendiri.

Ke Lampung? Nyebrang aja sampai Lampung. Trus Balik lagi. Gimana? ~ada yang nyeletuk.

Hm.. masih H+3. Belum arus balik. Merak pasti sepi, begitu juga Bakauheni. dari pada ke Anyer, Pasti macet! ~kurang lebih alasannya seperti ini.

Malam minggu, 10 Agustus 2013, kamipun meluncur menuju Merak.

Foto-Foto