Tampilkan postingan dengan label Penyu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyu. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Desember 2013

Karimunjawa dan PSA Penyu

Jadi begini ceritanya...

Perahu layar itu sampai juga di Pulau Menjangan. Hampir putus napas saya dipaksa mendayung di tengah laut karena tiba-tiba angin hilang! haha

Berangkat dari pulau Karimunjawa menuju lokasi Penetasan Semi Alami (PSA) Penyu Karimunjawa. Entah kenapa, bapak pembimbing PKL saya menggunakan perahu layar untuk menyebrang. Kata beliau, "cuaca cerah, angin bersahabat" dan sebagai pendatang saya percaya saja. Namun, Tuhan punya kehendak lain di habiskanNya angin ketika perahu layar saya tepat ditengah antara Pulau Karimunjawa dengan Pulau Menjangan.

Tersebutlah pengalaman saya diatas tentang Praktek Kerja Lapangan tentang Konservasi Penyu di Karimunjawa.

Di Pulau Menjangan ada sebuah rumah semi terbuka. Beratapkan seng dengan dinding terbuat dari jaring-jaring kawat. Lantai dari rumah tersebut terbuat dari pasir pantai, lebih tepatnya tidak berubin. Nah, didalam rumah itu ada beberapa ember yang berisi telur penyu.

Telur penyu yang terdapat di dalam ember itu adalah sebuah upaya konservasi. Telur-telur penyu itu diambil dari lokasi sarang alaminya. Kemudian dipindahkan ke PSA (Penetasan Semi Alami) agar telur penyu itu punya kesempatan menetas yang tinggi menjadi tukik.

Dalam kesempatan PKL ini saya mempunyai kesempatan belajar tentang proses tagging.

Tagging adalah upayainventarisa si penyu yang melintas di perairan Karimunjawa. Semua penyu yang kebetulan melintas atau tertangkap jaring oleh nelayan akan di inventarisasi. Proses tagging itu sendiri adalah men-steples penyu dengan logam anti karat yang memiliki nomor khusus.

Upaya inventarisasi penyu, diantaranya berupa:
Menimbang berat penyu, mengukur panjang dan lebar karapas, mencatat jenis penyu dan jenis kelaminnya.

sayangnya, foto-foto dan dokumentasi saya sampai 2009 akhir hilang semua. saya tidak punya foto dan kenangan selama di Karimunjawa.

Sekian.

Selasa, 27 November 2012

Konservasi Penyu

gue punya sedikit pengalaman tentang konservasi penyu.

Ketika itu 2008 awal. gue ambil Kerja Praktek (UNDIP: Praktek Kerja Lapangan) di Taman Nasional Karimunjawa, Jawa Tengah. Setelah melalui berbagai macam centang parentang ganti judul dan diskusi yang alot dengan dosen dan orang balai, gue tertarik untuk mengamati konservasi penyu.

kenapa penyu?
karena enam dari 7 jenis penyu di dunia ada di Indonesia. dua diantaranya sering berseliweran di perairan Karimunjawa: Penyu Sisik dan Penyu Hijau. Kurang lebih 3 minggu gue di Karimunjawa. Selama itu pula gue belajar banyak tentang konservasi penyu disana. berikut cerita gue.

foto dari google

Mari kita mulai dengan Penetasan Semi Alami.

Penetasan Semi Alami (PSA) adalah metode konservasi untuk mendapatkan survival rate telur menetas yang tinggi. secara teknisnya, mengambil telur penyu dari sarang alami dan dipindahkan ke sarang penetasan semi alami. dengan dipindahkannya telur tersebut, maka meminimalisir predator alami dari telur penyu tersebut: biawak, ular, tikus bahkan menjaga dari tangan-tangan usil manusia.

dari sarang alami, telur dimasukan ke dalam ember-ember bekas cat yang sudah dimodifikasi. bagian bawah ember di lubangi agar air tidak tertahan di dalam ember yang akan menyebabkan kebusukan telur. sebelum dimasukan telur, dasar ember sudah diisi setengah bagian dengan pasir di lokasi sarang alami. kemudian baru telur dimasukan yang selanjutnya ditimbun kembali dengan pasir.

ember-ember yang sudah terisi dengan telur kemudian di distribusikan ke PSA.
di PSA ember ember yang sudah berisi telur telur di pendam kembali atau di kubur di dalam pasir. lokasi PSA pun sudah dilokalisir. tertutup dengan jaring jaring kawat yang aman dari predator bilogi ataupun dari hujan dan panas terik.

selama telur-telur penyu di PSA, suhu sarang selalu dipantau oleh petugas taman nasional.

ketika telur penyu menetas menjadi tukik, biasanya tidak langsung diliris kelaut. namun di pindahlan kedalam kolam buatan dan rutin diberi makan. setelah dikira tukik tukik tersebut kuat di lepas kelaut, saat itulah tukik penyu mengadapi habitat aslinya.