Minggu, 02 Februari 2014

Banjir di Desa Tanjang, Pati

Jakarta sudah bersiap hadapi banjir sebelum terompet tahun baru 2014 ditiup. Tentu saja Pemerintah  Ibukota berupaya agar Jakarta tidak kebanjiran, apalagi Istana yang mulia harus bebas banjir.

Namun ada sebuah daerah yang mungkin kawan sekalian (mungkin) belum pernah mendengarnya, sebuah kejadian yang jauh dari paparan berita nasional karena tenggelam bersamA berita heboh penangkapan Anggoro Widjojo. Saya ingin berbagi cerita tentang banjir dari Jasmine Amelia di Jawa Tengah.

Begini ceritanya...


Malam itu hujan turun di Kota Lumpia Semarang. Jumat, 31 Januari 2014.

Sebagian relawan sudah duduk manis di dalam bus yang mereka sewa di lokasi pertemuan yang sudah ditentukan. Sopir dan Kenek hampir kehabisan persedian rokoknya, katanya untuk menghangatkan diri, maklum Semarang yang biasa sumuk namun malam ini dingin datang bersama hujan yang tidak berhenti sejak sore. Dua orang mahasiswi yang ditunggu belum juga datang. Awak bus itu --para relawan dan sopir bus-- itu khawatir. Mereka khawatir semoga kedua mahasiswi yang ditunggu dalam perjalanan menuju lokasi yang sudah ditentukan yang selamat. Kekhawatiran sopir bus adalah semakin lama menunggu -kedua mahasiswi- maka kemungkinan bertemu macet di tengah perjalanan semakin terang benderang.

Pecah ban di tengah jalan adalah kuasa Tuhan. Toh, niat baik kedua mahasiswi yang mau membantu menjadi relawan tersebut harus di apresiasi. Siap! Pak sopir membakar kembali sebatang rokoknya sebelum menurunkan rem tangan bus. Jam 8 malam. Seharusnya sejam lalu bus sudah melaju menuju Pati. Kenek mulai menyalakan DVD Player yang memang menjadi fasilitas bus tersebut.

Sebab bukan bus AC kadang ada saja alasan bagi penumpang untuk merokok di dalam bus. Bus berjalan bak siput ba'da sunat, pelan dan sangat hati-hati. Banjir di Pantura menyebabkan banyak jalan yang ditutup karena berbahaya. Jika dalam keadaan normal perjalanan Semarang menuju Pati hanya memakan waktu 3 jam. Malam itu, disaat banjir mengenangi Pantura, dan Petugas menerapkan metode buka-tutup, bus baru sampai jam 4 Pagi. Total perjalanan malam itu 8 jam!

Para relawan mempersiapkan bantuan logistiknya. Ada 206 bungkus kantung plastik yang berisi pembalut, celana dalam wanita, biskuit pendamping ASI 3 bungkus, susu cair 3 kotak, tolak angin 1 kotak, pempers, mie dan baju anak-anak. Sebelum mendistribusikan bantuan logistik, relawan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Pati dengan membawa program pembagian bingkisan, pemeriksaan dan konsultasi kesehatan bagi korban banjir. Dinas Kesehatan memberikan nama Desa Tanjang untuk para relawan memberikan bantuan.

***

























Foto diatas adalah kondisi banjir di Desa Tanjang, Pati. Air hampir menyentuh atap rumah. Beberapa perahu kecil milik warga di kerahkan untuk membantu para korban banjir. Tidak jauh dari lokasi difoto ini ada sebuah sungai yang lumayan lebar, luapan air ini diakibatkan ole tanggul yang jebol. Desa Tanjang adalah langganan banjir namun menurut warga banjir tahun ini adalah banjir terparah, sudah 8 hari banjir melanda.

Banjir juga berdampak pada ditutup sementara Sekolah Dasar karena beberapa guru SD berasal dari kota yang tidak bisa mengakses menuju sekolah. Banjir bisa sampai setinggi dada orang dewasa.

Semoga banjir di Desa Tanjang segera surut.

Salam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar