Sabtu, 08 November 2014

JALAN: SEHARI DI JOGJA

Yuk.. Setelah kepentingan di Semarang kelar dengan acara wisuda lanjut ke Jogja. Asik dengan naik travel menuju Jogja dari sukun.

Berangkat jam 9 pagi dari Semarang dan sampai Jogja jam 1 siang. Tujuan pertama saya adalah taman sari. Sebuah komplek taman milik keraton, yang terkenal adalah pemandian raja keraton dan masjid bawah tanah yang arsitekturnya keren.

Jujur saya hanya pejalan yang random, punya tujuan hanya sampai jogja. namun tidak spesifik di Jogja mau kemananya. Beruntung saya bersama dengan Renny, beliau kebetulan pengen banget ke taman sari ini. Foto-foto seru deh..

Kelar di taman sari selajutnya memberi makan tuan perut, sodara-sodara. Kembali, kak Renny memberikan rekomendasi Makan Gudeg Mbok Djum yang lokasinya tidak jauh dengan alun-alun kidul atau keraton.

Sebenernya pak becak yang kami tumpangi merekomendasikan sebuah rumah makan yang tidak jauh dengan Kedai Makan Gudeg Mbok Djum. Namun, Jasmine memberikan masukan bisa jadi si Bapak becak mendapatkan pesenan dari rumah makan rekomendasinya. Persaingan Bisnis. Yap, menurut saya jangan sampe menyesal memilih karena opini orang lain. Yah, lebih baik kecewa karena pilihan sendiri lah ya... Viola, kami tetep makan di Rumah Makan Mbok Djum. Enak.

Jam sudah menunjukan pukul 16.00
Tujuan selanjutnya adalah Stasiun Tugu. Kami mememilih berjalan kaki dari Jl. Wilijan tempat kami makan menuju Stasiun Tugu. Seru menikmati jogja sore hari. Mencuri dengar kawan perjalanan saya bergosip ria. Tak lupa minum jamu, gokil tiba-tibe nemu mbak-mbak penjual jamu pas di depan Benteng Vredeburg hahaha...

Jogja atau lebih tepatnya ketika itu Jalan Malioboro sangat ramai seperti biasanya. Beberapa anggota komunitas pesepeda terlihat mulai berkumpul, mungkin mereka mau jalan-jalan sore seru. Perlahan langit menghitam namun segera beberapa lampu mulai menyala. Entah berapa judul cerita sudah tersaji dalam perjalanan ini, saya hanya mendengar. Sesekali berkomentar. Tapi saya menikmatinya.

Makan malam pas dekat Stasiun Tugu. Menu pilihan adalah angkringan yang berjejer disana. Menikmati Nasi "kucing" dan kopi joss. Sesekali keceriaan malam itu harus terganggu oleh pengamen yang meminta memaksa. Atau, goda centil mbak-mbak banci yang --saya lupa mereka menyanyi atau hanya menggoda lalu menadah tangan.

Saya menikmati Jogja, walau tidak semua ditempuh. 







Selasa, 04 November 2014

JAJAN : MAKAN SIANG BA’DA WISUDA UNDIP

Jika yang datang orangtua ke wisuda, memang tempat ini kurang cocok. Kurang cocok karena sesungguhnya kita mau memberikan terbaik bagi orangtua disaat pencapaian tertinggi dari bangku kuliah.
Tempat ini saya pilih sebab sangat dekat dengan Gedung Prof. Soedarto, Tembalang. Bersemangatnya panas siang Semarang membentuk logika saya agar jangan berlama-lama dibawah teriknya sehingga carilah warung makan terdekat.

Warung Soto Zeiwo. Lokasi gak jauh dari jembatan penghubung dengan gerbang utama Universitas Undip. Harga bersahabat. Rasa Enak. Konsep warung terbuka, cocok bagi penikmat kuliner yang tidak merokok karena banyak pengunjung yang merokok ba’da makan. Ruang yang terbuka menjadikan sirkulasi udara baik.
Soto seperti ini cukup banyak disemarang. Dengan mangkuk agak kecil, nasi dan soto didalamnya. Umumnya soto dan nasi dalam piring dan mangkuk sendiri. Harganya gue lupa hehehe... Terjangkaulah, karena di kawasan kampus dekat dengan kos-kosan.

Senin, 03 November 2014

JALAN: STASIUN PONCOL SEMARANG

Mata saya sudah cukup lelah ketika Kereta BRANTAS yang saya tumpangi sampai Stasiun Poncol Semarang. Selama di dalam kereta kami (Saya dan Renny) menghabiskan waktu dengan ngobrol, kami cukup lama gak berjumpa. Bahkan, buku yang kami bawa tak sempat dibaca, tapi renny rempat baca buku yang dibawa walau sebentar.

Seingat saya, hanya ketika kereta kami sampai Stasiun Poncol Semarang yang disambut dengan lagu dari corong speaker stasiun. Menarik dan cukup menghibur. Stasiun Poncol terkenal khusus penumpang kelas ekonomi dan sebaliknya dengan Stasiun Tawang Semarang. Malam itu rasa rindu dengan Kota Semarang terobati.

Stasiun ini 10 tahun lalu sangat padat oleh penumpang dan pedagang yang berseliweran. Siapa saja bisa masuk kedalam peron. Malam itu sangat tertata, rapih dan bersih.

Saya mengahadiri acara wisuda di Semarang, kemudian lanjut ke Jogjakarta menggunakan Bus dan malam harinya lanjut ke Bandung dengan Kereta Malabar. Sore ke-esokan hari lanjut naik Kereta Parahayangan ke Jakarta.
 

PENGALAMAN LARI MALAM JUMAT DI SEMARANG

"Mlayu Sak Kesele, Kakancan Sak Lawase"

Beruntung ketika saya di Semarang pada hari Kamis malam, karena ketika itu Semarang Runners -- komunitas masyarakat semarang yang gemar kegiatan olahraga lari -- mengadakan kegiatan rutin Playon Kemis Bengi (PKB). Playon dalam bahasa jawa berati "Lari", sudah paham kan kenapa kegiatan ini diberikan nama seperti itu. hehe...

Kegiatan PKB adalah fun run jarak 5 Kilometer. Acara dimulai jam 19.00 dari Balaikota Semarang. Peserta yang hadir kemarin cukup banyak, malam itu Kota Semarang cerah. Sebelum lari, dilakukan pemanasan terlebih dahulu yang dipimpin oleh beberapa "panitia", setelah itu pemanasan dipersilakan sendiri sesuai kebutuhan masing-masing. 

Dibagi menjadi dua grop besar, Group Cinta Damai dan Group Huru-hara.

Group Cinta Damai adalah peserta yang berlari santai, sedangkan Group Huru-hara adalah peminat lari sprint. Start dari Balaikota dimulai dengan Group Cinta Damai, jeda beberapa saat baru Group Huru-hara mulai berlari. Saya masuk Group Cinta Damai. Malam itu saya lari telanjang kaki, karena malas bawa dua sepatu sebab saya harus melanjutkan perjalanan ke Jogja dan Bandung. Jalur Playon Kemis Bengi adalah: start dari Balaikota Semarang - Jl. Gajah Mada - Simpang 5 (Mesjid Simpang Lima) - Jl. Pandanaran - Finish Balaikota. 

Nyaman Barefoot

Barefoot atau nyeker selama PKB saya akui sangat nyaman. Trotoar yang cukup lebar dan bersih memberikan kenyaman pada kulit kaki saya. Kawan saya bercerita bahwa petugas kebersihan Kota Semarang memang rajin. Sempat beberapa Trotoar dipakai oleh Pedagang Kali Lima berjualan, namun hanya beberapa spot saja. Saya menikmati malam itu, dan jujur saja PKB adalah pengalaman pertama saya berlari dengan komunitas. Saya biasa olahraga lari sendiri atau maksimal 4 orang saja hehehe...

Group Cinta Damai dan Group Huru-Hara bertemu di Masjid Simpang Lima. Peserta beristirahat dan menunggu peserta lainnya. Setelah kumpul semua, dilanjutkan dengan berfoto berjamaah di depan Masjid Simpang Lima. Jarak yang ditempuh dari Balaikota - Simpang Lima adalah 3 Kilometer.

Setelah puas foto bareng, dilanjutkan dengan menyusuri Jl. Pandanaran dengan lari bareng atau tidak dibagi menjadi group lari sampai Balaikota.Pandanaran merupakan jalur sibuk di Kota Semarang, harus hati-hati karena kadang ada motor yang berbelok kencang atau mobil yang mundur dari tempat parkirnya.

Sampai balaikota disambut dengan sedus air minum gelas. Sejenak istirahat dan kemudian pendinginan bersama. Tak lupa foto-foto bareng dengan peserta lainnya.

Ohya, sebelum pulang saya di sapa oleh mahasiswa Undip. Saya lupa awalnya setelah dia bercerita pernah belajar di kantor saya. hahaha.. Ternyata dia juga baru pertama kali ikut PKB ini. Jadi, kawan-kawan yang kebetulan ke Semarang pada Malam Jumat dan mau olahraga lari bareng silakan aja dateng jam 19.00 di Balaikota Semarang.

Selain Kemis Malam, Semarang Runners juga ada kegiatan Playon Minggu Isuk artinya Lari Minggu Pagi.

#marilari #ayomlayu

More info tentang Semarang Runners:


Jalur Playon Kemis Bengi

Cah-cah Semarang Runners

FOTO: JATINEGARA

Mendapatkan tempat duduk di samping jendela kereta api membuat mata dan lensa gatal untuk merekam momen. Dipo Lokomotif Stasiun Jatinegara ketika keretaku melaju meninggalkan Ibukota menuju Semarang.
Hai.. haii..


Rabu, 29 Oktober 2014

dEsign

tidak ada yang typo pada judul posting ini. saya sedang tertarik dengan design. terpecut oleh salah satu tanyangan kick andy yang saya tonton via youtube. tentang sebuah desa di magelang yang memliki designer yang berprofesi sehari-hari sebagai tukang kelapa atau tukang batu, namun sukses beberapa kali menang lomba membuat logo.

yup, saya iri. saya rasa ini iri yang positif. lagipula tak ada salahnya bila tidak mencoba. 



lupakan sejenak filosofi dan makna logo.

Selasa, 28 Oktober 2014

PACKING: KONCIAN BAJU

Halo.. jadi begini, saya termasuk orang yang sangat persiapan untuk bepergian. Terutama masalah baju, saya mempunyai perinsip bahwa baju jangan sampai kurang sehingga mengharuskan saya memakai baju kotor atau baju yang sudaj basah oleh keringat. Saya tipikal lelaki yang boros keringat, panas dikit langsung keringetan. Bauk dan lepek. Mau gak mau harus membawa "koncian".

"koncian" adalah istilah saya baju yang dilebihkan. Misal, jika saya harus membawa baju 3 maka saya membawa 4, satu sebagai koncian antisipasi kehabisan baju.

Tapi, kadang saya suka bablas jadi malah tidak praktis klo bepergian. Sumpah, sulit juga mengubah kebiasaan ini. Alam bawah sadar saya langsung membangun mindset ketika saya packing harus melebihkan baju. Saya takut baju saya habis oleh keringat. hahaha

Trip skrg, saya mencoba terapi diri sendiri. Mencoba "nekad" bawa baju ngepas tanpa koncian. Sepertinya seru! Kebayang kalo baju gue abis. Hahaha

salam.

JALAN: JAVA TRIP

Jadi begini... cita-cita memang harus diwujudkan jangan dibiarkan terpendam hanya dalam dunia angan. Salah satu cita-cita saya adalah Java Trip. Mengelilingi Pulau jawa dari Barat ke Timur, dari Utara menuju Selatan. Ketika ide ini muncul adalah sekitar 4 tahun yang lalu, bersama kawan kuliah yang sama-sama sedang pusing menggarap skripsi. Satu dan lain hal, cita-cita itu harus dipendam dahulu. Saya dan kawan tersebut tidak memaksa, cukup menahan dalam hati saja.

InsyaAllah 29 Oktober ini saya akan JavaTrip. Semoga lancar. Sebenernya hanya istilah saja JavaTrip. Saya hanya menegelilingi sebagian Pulau Jawa. Rencana dari Stasiun Pasar Senen - Stasiun Poncol Semarang - Terminal Banyumanik - Terminal Jogja - Stasiun Tugu Jogjakarta - Stasiun Bandung - Stasiun Gambir.

Salam.

Senin, 27 Oktober 2014

Apa beda Kemaritiman dengan Kelautan?

foto diambil disini
Mas Jokowi kemarin 27 Okt 2014 sudah mengumumkan isi Kabinet Kerja periode 2014 - 2019. Sebelumnya memang banyak spekulasi tentang struktur kabinet yang akan dibentuk oleh mantan Gubernur DKI Jakarta ini, namun yang paling sater adalah fokus beliau pada bidang kemaritiman.

Sempat saya berbincang dengan kawan-kawan kuliah yang sedang mendaftar CPNS tahun ini, memang banyak membicarakan issue digabungnya KKP dengan Kementan dan adanya sebuah Kementerian baru tentang Maritim. Apa permasalahannya? Tentu sebagai pencari kerja kami menduga-duga seperti apa kementrian baru yang akan dibentuk ini, toh walaupun akhirnya KKP tetap ada, kemudian muncul Kemenko Bidang Maritim.

okeh, ada Kementerian Kelautan dan Perikanan juga ada Kementerian Koordinator Bidang Maritim.

Apa bedanya?

Sebagai orang yang pernah berkuliah di Fakultas Perikanan dan Kalutan, membuat saya mencari tahu apa perbedaannya. Sepengetahuan saya, tidak pernah didalam ruang kuliah dijelaskan perbedaan Laut dengan Maritim. Sepemahaman saya arti keduanya sama saja. Ternyata saya salah.

Mari kita memulai dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.

laut menurut KBBI online adalah kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yg menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Kemudian, kelautan adalah  perihal yg berhubungan dengan laut.

maritim menurut KBBI online adalah berkenaan dengan laut; berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut.

Jika kita berpijak perbedaan makna antara Maritim dan Laut berdasarkan KBBI online, maka saya mencoba mengambil kesimpulan seperti berikut:

Kelautan menunjukan sebuah kewilayahan, berbentuk fisik atau kata benda. Indonesia adalah Negara Kelautan karena luas wilayahnya sebagian besar adalah laut. Kalimat ini menjelaskan bentuk fisik Negara Indonesia. 

Kemaritiman menujukan sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan navigasi (pelayaran) dan berfokus pada pergadangan (ekonomi).

Tentu tau dong, Kerajaan Majapahit yang tersohor itu. Ibukota Majapahit itu di Trowulan, Mojokerto. Majapahit terkenal karena sebagai Kerajaan Maritim yang Kuat. Namun, Pusat kerajaan berada di "darat". Contoh lain adalah Inggris dan Belanda, negara yang kecil dengan garis pantai yang tidak seberapa dibanding Indonesia, memiliki armada laut yang tangguh. Kedua negara tersebut mendapat predikat negara maritim yang kuat.

foto diambil dari sini. tks
Maritim yang kuat disini -kabinet kerja mas joko- saya rasa bukan untuk membangunan Angkatan Lautnya tapi yakni Angkutan Lautnya. 

***
Kembali dengan kabinet kerja mas joko, dengan dibentuknya Kemenko Maritim menjadi hal yang luarbiasa. Ekspektasi saya akan segera dibangun galangan kapal yang bertaraf internasional di sudut-sudut pulau di Indonesia. Akan dibangun sekolah-sekolah pelayaran yang akan mencetak pelaut hebat ditepi-tepi pemukiman nelayan Indonesia. Banyak kapal penyebrangan yang berplat merah -- tentu dengan fasilitas yang lebih baik-- berseliweran di penjuru Nusantara. Kemudian, ekspektasi saya melayang membayangkan akan muncul banyak kapal cargo yang berbendera Indonesia di Lautan Dunia.


Minggu, 26 Oktober 2014

JALAN: VAKANSI UNGARAN SEMARANG 2014 (4)

PUNCAK

aku share pemandangan dari dan di puncak gunung ungaran. nanti ku ceritakan bagaimana pengalaman pendakian disini. terimakasih, salam.






Sabtu, 25 Oktober 2014

JALAN: Vakansi Ungaran Semarang 2014 (3)

Promasan

Desa terdekat dengan puncak gunung ungaran. Siang itu cukup terik di desa ini, samar-samar ketika kaki ku melangkah mendekati desa ini terdengar alunan dangdut campursari. Bisa kutebak, hari ini ada gelaran hajat pernikahan di desa promasan. Sempat aku berpapasan dengan beberapa tamu undangan yang berbaju khas orang kondangan selepas meinggalkan pos pendakian mawar. Sebuah perjalanan kondangan yang penuh dedikasi nampaknya sebab berjalan sebegitu jauhnya. Jika di Jakarta, dedikasi berangkat kondangan dilalui dengan menembuh kemacetan jalanan ibukota.

Aku hanya ingin mandi sore itu. Sore pertama di Ungaran. Udara sore memang sudah sedikit menusuk-nusuk. Tapi, aku ingin mandi. Seperti cerita sebelumnya, ketika itu weekday, ungaran sedang banyak dikunjungi, otomatis antrian menumpuk di kamar mandi.

Pilihan ku adalah mandi di air pancur. Air pancur ini dibangun oleh sebuah bangunan yang terbuka. Lantai yang sudah dikeramik. Setelah memantau dan sempat bertanya, baru kuketahui bahwa khusus lelaki yang boleh mandi disana. aku bertanya kepada seorang anak kecil yang sempat menegurku karena memakai alas kaki ketika masuk ke dalam bagunan ini.

Setelah mandi dialam terbuka, tentu aku mandi dengan pakaian setengah lengkap, cukup menghangatkan badan. Entah, bagaimana penjelasan secara medis bahwa mandi di gunung yang dingin malah bikin badan cukup hangat.

Ada sebuah monumen, berupa candi promasan yang terletak pas disamping bangunan ini. Mungkin dulu memang ada sebuah candi yang bernama promasan di desa ini, entah. Dibalik gunung ini ada sebuah kompleks candi, yang bernama gedong songo. Sebuah lokasi pariwisata yang cukup terkenal di Kota Semarang.
  

Kamis, 23 Oktober 2014

JALAN: Vakansi Ungaran Semarang 2014 (2)

  Pos Pendakian Mawar


Terakhir ke Ungaran tahun 2010. Banyak yang berubah selama 5 tahun belakangan ini. Ungaran bertambah bangunan, bertambah punglinya juga untuk sampai ke pos pendakian mawar ini. Banyak warung berjulanan yang dibangun oleh bilik-bilik bambu. Membeli es teh adalah hal yang tak mungkin jika sampai pos pendakian ini. Ungaran bertambah panas memang.

Jalur pendakian tidak banyak berubah kecuali sangat banyak pendaki yang aku temui. Pendaki yang aku temui ada yang berjalan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Sesekali aku harus jalan mengular sebab banyaknya peserta pendakian hari itu. Aku lupa menceritakan jika saat itu weekend.

Menikmati perjalanan dengan melihat pohon hijau dan beberapa burung yang sesekali melintas diatas kepala. Tujuan berikutnya adalah desa promasan. Sebuah desa yang terletak di perkebunan teh.

Setengah perjalananku menuju desa promasan ditemani alunan musik. Seorang kawan menyalakan aplikasi musik dari hape-nya. Teknologi memudahkan kita meramaikan suasana yang seharusnya tenang.


Rabu, 22 Oktober 2014

JALAN: Vakansi Ungaran Semarang 2014 (1)

KERETA KELAS EKONOMI

DILAN ~ PIDI BAIQ
Salah satu moda transportasi dari Ibukota Indonesia menuju Semarang dengan naik kerata api. Kesempatan ini saya menumpang KA Brantas. Kereta kelas ekonomi ini sudah sangat manusiawi dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Fasilitas AC, tempat duduk sesuai tiket dan tidak ada pedagang yang masuk kedalam peron apalagi gerbong kereta adalah hal yang tidak mungkin dijumpai 10 tahun lalu.

Rel kereta yang sudah ganda, double track, menghemat perjalanan Jakarta-Semarang menjadi "hanya" 6 jam saja menggunakan kereta kelas ekonomi. KA Brantas berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 16.00 dan tiba di Stasiun Poncol Semarang Pukul 22.20.

10 tahun yang lalu sangat tidak dimungkinkan aku membaca buku didalam kereta kelas ekonomi, jika perjalanan dari rumah untuk ke Semarang atau sebaliknya. Ketika itu gerbong penuh dengan manusia, apalagi jika aku  pulang pada weekend dan musim libur kuliah. Penuh sesak, penuh peluh dan sangat tidak manusiawi. Namun, kemarin berbeda aku dapat membaca buku yang segaja kubeli untuk vakansi kali ini.

Aku tidak bisa tidur dan buku pidi baiq menemani malam itu, entah energi apa yang membuat aku kuat membaca hingga aku sadar bahwa buku hampir tuntas kubaca ketika pukul 21.30. Antara penasaran untuk melanjutkan dan rasa sayang untuk me-sisa-kan bab terakhir untuk perjalanan pulang dari Semarang. Tentunya aku tuntaskan malam itu juga membaca "Dilan".

Sebelum menuju ungaran aku istirahat dan menumpang bermalam di kosan kawan di daerah banyumanik. Melanjutkan vakansi ungaran besok paginya.

Kamis, 18 September 2014

DI SUDUT RUANG PELAYANAN MASYARAKAT

 

Sabtu pagi emang enak buat mandiin motor, buat semua kerak-kerak yang menempel di badan motor. Tapi kok Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) atau yang sering disebut plat motor saya sudah lewat batas tahun nya. Sudah empat bulan.

Saya kemudian ingat jika plat TNKB di kota saya habis. Empat bulan yang lalu ketika saya membayar pajak motor petugas ketika itu bilang jika ketersediaan TNKB enam bulan mendatang.

Dari tempat cucian motor saya iseng nelpon petugas yang nomor hapenya tertera dibalik STNK. Nomor petugas tersebut memang diberikan untuk mengetahui status TNKB apakah sudah ada atau belum. Beruntungnya saya walau tidak harus menunggu TNKB baru sampai enam bulan penuh. Meluncurlah saya ke kantor Samsat langsung dari tempat cucian motor.

Sampai kantor samsat saya menuju tempat khusus pengambilan TNKB. Mudah, saya cukup bertanya pada petugas yang berada dekat saya, jawaban yang ramah sambil menunjukan arahnya. Kemudian saya menanyakan dimana loket pengambilan TNKB, karena ruangan yang ditunjukan oleh petugas sebelumnya ada banyak loket. Saya dengan mudah mendapatkan informasi loket yang saya butuhkan.

Seperti biasa, saya mengantri dan menunggu dipanggil. Setiap masyarakat yang namanya dipanggil ke loket, pas didepan loket ada adegan percakapan singkat dengan petugas didalamnya. Yah... saya sepertinya paham. Nama yang dipanggil berikutnya juga melakukan hal yang sama.

Nama saya dipanggil. Percakapan yang saya liat tadi selanjutnya saya alami.
Petugas didalam loket berkomunikasi singkat, "Berapa aja,pak.."

Saya paham. Saya ambil dua lembar uang dua ribu rupiah dari dalam tas saya. Kemudian saya melenggang keluar ruangan tersebut.

Ketika saya membayar pajak motor, semua saya bayarkan bahkan dengan denda keterlambatan pembayaran pajak. Petugas loket pembayaran juga sudah memberitahu bahwa saya juga membayarkan biaya pembuatan TNKB tersebut. Jadi, saya tinggal ambil aja TNKBnya.

Ketika TNKB telat datang hampir empat bulan, saya pun dikenakan biaya "Berapa aja" mungkin sebagai uang lelah menempa plat terbuat dari besi dan memberi kelir pada angka dan huruf di plat tersebut. Ah, 4000 rupiah untuk 5 tahun kedepan tak apalah, begitulah pikirku ketika meninggalkan kantor Samsat itu.

Disudut Ruang Lainnya

Pengalaman yang berbeda ketika saya urus legalisir SKCK. Buat pencari pekerjaan tentunya paham SKCK. Ketika pembuatan SKCK cukup mudah dan cepat, kebetulan saya tidak bisa melegalisir pada hari yang sama. Ketika saya akan melegalisir pada hari berikutnya, petugas "berapa aja" sempat mengajak saya berkomunikasi.

Seperti hal masyarakat lainnya, saya merasa ini praktek yang biasa... hahaha *malu*

Ketika saya ambil dompet, ternyata hanya ada selembar duit merah seratus ribu rupiah. Kok, saya baru ingat hari itu adalah tanggal tua. Dengan hati yang berat saya serahkan duit satu-satunya di dompet, petugas yang menerimana menanyakan "gada uang kecil aja?".

"berapa,pak?", tanya saya.
"terserah mas aja, kayak biasa aja", jawab petugas.
"biasanya bukanya legalisir gak bayar pak?", jawab saya.
"yaudah ambil aja,mas", sambil agak kesal dan memberikan balik uang seratus ribu saya.

Saya meninggalkan loket tersebut, ada rasa senang dihati entah kenapa. 

***
Tulisan tentang pengalaman saya mungkin banyak yang mengalaminya, praktek transaksi "berapa aja" udah membudaya di sudut-sudut ruang pelayanan masyarakat sehingga ketika memberikan uang kepada petugas tidak ada rasa bersalah. Padahal tau ini hal tidak benar. 

Seperti foto diatas, Mereka memang belum sempurna. Yuk, mari kita doakan agar mereka terus selalu berusaha. Ini Indonesia, kita, dilatih iklas di sudut ruang pelayanan masyarakat. Semoga Indonesia semakin bagus pelayanan masyarakatnya.

Salam.



Rabu, 10 September 2014

JAJAN : WARTEG SUMBER REZEKY BEKASI

SPANDUK DEPAN WARUNG
Jajan kali ini di Kota Bekasi. Lokasinya di Kranji, jika dari arah Cakung ke Stasiun Kranji pas di kiri tanjakan flyover kranji.

Ambil jalur kiri pastikan tidak naik flyover kranji ya. Warung ini ada di sebelah kiri. Nama warung ini sekarang Warung Sumber Rezeky, sepertinya nama warung berganti-ganti menyesuaikan sponsor.

Beberapa tahun lalu saya mampir makan disini, warung makan ini bernama HM. Soebandi dengan warna merah cerah khas sebuah brand rokok nasional. Pernah juga bangunan warteg ini berwarna cokelat, menyesuaikan brand rokok tertentu.

Ya, sepengamatan saya warteg ini selalu dapat sponsor dari pabrik rokok. Maklum, warung makan ini "eye catching" tepat di jalan utama bekasi dan bangunan yang sangat besar untuk ukuran Warung Makan Tegal. Pemilik warung ini adalah sepasang suami isteri aseli Tegal.

IBU PEMILIK WARUNG
Saya sering makan disini jika ke bekasi dengan memesan soto betawinya. Soto ayam khas betawi dengan campuran santan. Harganya cukup murah soto plus nasi Rp. 15.000. Harga yang sama ketika saya makan soto tersebut lebih setahun lalu.

Rasa sotonya menurut saya enak. Kemarin, saya makan soto hangat ini sepulang membezuk kawan di RS. Ananda pukul 09 malam.

So, kalo kelaperan di Jalan Raya Sultan Agung, Bekasi, kudu balik ke rumah yang lokasinya jauh dan harus isi perut dengan sesuatu yang hangat bolehlah di coba Soto Betawi khas Warteg Sumber Rezeky ini.

Tapi, bisa juga pesan makanan lain khas warteg tentunya. Warungnya bersih dan luas.


PENAMPAKAN SOTO BETAWI

#12

hehe.. mulai mandek2 konsisten posting. saya mencoba foto produk. bagaimana menurutmu hasilnya?

Rabu, 03 September 2014

Berusaha Ayam

Saya pernah berusaha pembesaran ayam skala mini-mikro. Walaupun berakhir dengan kegagalan, semua ayam-ayam mati kurang dalam sebulan. 'kan namanya juga usaha <--membesarkan hati. Rencananya saya beli anak-anak ayam kemudian dikasih makan dan dirawat dengan baik, menurut perhitungan ketika Lebaran ayam-ayam akan tumbuh kembang menjadi ayam siap jual.

Gagal emang, tapi saya punya dokumentasi ketika pertama kali membeli bibit ayam saya. Semoga gak kapok berusaha <--kembali membesarkan diri.

Dari Depok saya naik motor matic ke Pasar Lokomotif, Jakarta Timur. Pasar ini berada di Jatinegara, tidak jauh dari Stasiun Kereta Jatinegara.

Pengetahuan saya tentang ayam Nol Besar. Bermodalkan semangat juga Nekat. Beli beberapa bibit ayam dimasukan kedalam kardus dan siap meluncur ke Cibinong, Depok.

Dua hari anak-anak ayam ini didalam kandangnya Depok dilanda hujan tak berkesudahan. Entah anak ayam ini stres karena kedinginan atau galau dengan kandang baru, satu per satu tumbang.

Gugur sebelum takbiran. Ini cerita saya tentang berusaha ayam skala mini-mikro.

Terimakasih sudah membaca dan selamat menikmati foto dokumentasinya.

 


 

#10

agak asem, sedikit berderetak tak biasanya. menunggu, jawaban dari doa semalam.
pagi ini, rekan baru pulang survei lapangan di kota malang. siiplah, minuman rasa buah apel dan markisa.

Senin, 01 September 2014

#8

#8 jeruk dingin. semoga hari ini tetep sejuk di dalam walau terik di luar sana.

2 jam 30 menit 17 K

Kaki saya masih pegel. Sisa kram kaki masih terbawa sampai meja kantor pagi ini. Bahu-bahu saya juga terasa pegel. Otot badan masih kaku. Kemarin saya ikut lomba lari Independence Day Run 2014 yang 17 Kilometer. Mengukuhkan, 31 Agustus 2014, adalah jalur lari terpanjang saya sampai saat ini. 

Jadi begini ceritanya....

Pendaftaran

Gratis, saya suka yang gratis. Apalagi ini Lari. Saya suka olahraga lari namun bagi saya olahraga lari tetaplah nyusahin dan bikin capek. Buat apa membayar sesuatu yang nyusahin dan bikin capek. Pendaftaran online bisa memalalui website http://www.garudafinishers.com/ atau bisa cek twitternya. Kalo saya tau informasi lomba ini dari adik yang sudah duluan hobi dengan olahraga ini. 

Print Screen ID REGISTRASI
Setelah daftar online kemudian muncul informasi dan ID Registrasi kita. Kemudian dikirim email konfirmasi kalo kita sudah terdaftar. Karena buat begayaan, ID Regestrasi saya Print Screen dan share ke kawan-kawan dekat. 

Race Pack Collection (RPC)

Gak ribet ngambil Race Pack yang berupa Kaos, Nomor BIB, dkk. Pengambilan Race Pack selama seminggu sebelum hari-H. Terorganisir dengan sangat baik. Bahkan keteika email konfirmasi pendaftaran saya hilang, saya tetap bisa mengambil Race Pack dengan menyertakan ID Registrasi yang saya simpan. Pesan Moral: Terkadang begayaan itu ada manfaatnya! *salam dangdut*

Independence Day Run 2014
 
Pelepasan oleh Bapak Presiden SBY
Mari Kita Lari. Sampai lokasi start jam 5.30 sudah agak ramai. Start line di jalanan depan Istana Presiden. Sebelum start diadakan upacara bendera. Start dibuka oleh Bapak Presiden SBY. Ketika bendera start diangkat SBY tanda lari dimulai.

Dua Kilometer pertama saya sangat bersemangat karena teringat nasihat kawan yang pernah ikut Independence Day Run 2013 agar diusahakan 5 K pertama harus di depan. Mempertahankan tetap lari hanya kuat sampai di 3 K pertama.

Setelah itu, saya mengalami kejadian terus-di-balap-orang-dan-tidak-pernah-dapat-membalap-satu-manusiapun-di-depan! hahaha...

Saya tetap mempertahankan untuk berusaha lari, minimal lari kecil. Sampai tanjakan dekat Stasiun Sudirman, sudah semakin banyak orang yang membalap saya. Bahkan peserta berbaju putih, kelompok lari 5K, yang start di belakang saya sudah menumpuk di depan saya. Hah haha! sedari awal memang bukan medali yang saya kejar tapi Finish Line.

Saya cukup tau diri, hanya 1000 medali disediakan oleh panitia untuk 17K. Yang penting bisa tetap happy diantara otot-otot tubuh yang mulai menegang dan napas yang kembang-kempis. Harus HAPPY dan sampai FINISH.

Menjelang sampai Jembatan Semanggi saya udah berasa capek banget. haks! ngos-ngosan tiada tara dan makin sering dibalap orang tapi saya juga udah bisa balap orang di depan saya trus dibalap lagi #eh...

Lutut saya mulai berasa sakit di 10 K. Mungkin teknik lari saya salah, jadi ketika kaki jatuh tumit duluan. Bener-bener nyusahin. Masuk 13 K kaki kiri saya mulai kram. Aww.. !! Mau maksa lari bener-bener sakit, saya hanya bisa jalan.

Sesekali saya coba lari kecil, tapi langsung terasa otot betis kiri ketarik. Lutut saya juga sakit ketika menapak jalan. Kaki kalo ditekuk agak kebelakang pun tak bisa karena otot mengeras. Saya tidak mau maksa diri. Kembali Jalan. hahaha...

Masuk 15 K jalur lari sangat padat oleh masyarakat yang berolah raga. Sisa 2 K lagi, kaki kanan saya mulai keram di betis. Lutut sakit. Jalan pelan aja terasa sakit. Bahu juga. Hahaha.. saya sadar mungkin pemanasan saya gak maksimal.

Masalah kembali datang. Dari si Tuan Perut. Sialnya, tiba-tiba Tuan Perut mulai protes minta makan. Konsentrasi buyar yah... lutut kaki sakit, otot betis keangkat dan lapeeeeerr. Rasanya mau nyerah aja dah, toh saya gak bakal dapet medali juga. Saya pikir lagi, tinggal 1 K.

Sayang banget kalo nyerah yah. Saya tetap jalan menuju Finish Line, padahal saya udah di Balap sama peserta yang maraton dari Bandung! haha...


300 meter sebelum Finish Line, adik saya telpon nyari saya dimana. Saya bilang udah deket finish, tunggu aja. Monas udah keliatan gede banget. Bah! Kaki saya malah dua-duanya Kram! Orang-orang berkumpul di Finish Line buat nunggu tough warrior, peserta gabungan TNI-Polri yang lari 17 K dengan Seragam Tempur Komplit.

Saya jalan pelan-pelan biar otot betis gak ketarik-tarik dipinggiran sambil megang pagar pembatas. Malu. 300 meter yang jahanam-lah buat saya ketika itu. Kalo gak lanjut kan sayang banget. Jadi bodo amat jalan pelan-pelan yang penting sampai Finish.

Alhamdulillah saya bisa sampai Garis Finish. 2 jam 30 menit 17 K dengan susah payah,maaaak. Sudah barang tentu saya gak dapet medali. (Ohya, Adik saya mendapatkan medali, lumayan bisa pinjam buat properti foto-foto). Jatah pisang dan minum di belakang Finish Line masih banyak.

Saya gak punya pesan khusus, cuma mau cerita aja. Prestasi yang diraih cukup untuk saya aja, karena saya tidak ada prestasi di IDR2014, kecuali saya mau mencoba lari 17K. Mari Lari. Terimakasih Panitia Independence Run Day 2014.

Foto-Foto

Suasana Ketika Ngambil Race Pack
Posisi Saya :)
Finish Line
Medal Jaya